Sobat, pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini ?
Rasa bersalah yang teramat sangat. Jauh dari orang tua,jauh dari kakak dan abang-abangku. Semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing.
Betapa sepinya mereka,orangtuaku.
Sewaktu bayi, entah berapa kali aku mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhanku dan saudaraku yang lain. Mungkin juga kotoranku ikut tertelan Ibuku ketika aku buang "pup" di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali aku melangkah.
Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan demi pembangkangan yang aku lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali sekali aku mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang penuh kecemasan ketika aku pulang telat karena ayah dan ibu selalu menyambut aku dengan senyum.
Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar ? Tangisan dan doa itulah yang mengantar perjuangan hidupku saat ini. Bahkan aku kadang tidak tahu Ayah dan ibuku terluka dan mengiba kepada Tuhan agar aku jangan dilaknat, agar Tuhan mau mengampuniku dan memberikan kehidupan terbaik untukku.
Bahkan kadang aku lupa berterimakasih ketika aku dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kami anaknya yang tertidur pulas.
Bahkan aku kadang tidak menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja menghentikan ilusiku yang berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Aku menyesal karena terkadang aku lupa menyertakan mereka di dalam doaku.
Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang yang aku berikan. Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, aku masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal aku bahagia).
Lalu?
Mungkinkah aku bisa hidup seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi ? Ternyata aku masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa aku persembahkan untuk mereka ?
Sobat, bantu aku agar optimis!
Ya, memang masih banyak waktu untuk mmbahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa aku lakukan adalah: tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu (tentu saja bukan yang bertentangan dengan agama) dan segera kuambil handphone-ku, kuhubungi mereka saat ini juga, kan kusapa mereka dengan hangat, dan dengan nada suara yang bahagia !
______________________________________________________________
Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu !
Mulai dari sekarang, selagi Tuhan masih memberi kesempatan.
Walau takkan pernah sebanding, doa-doa kitalah yang mereka harapkan
menemani di peristirahatan terakhir nanti.
//Lurus >> Ásy
Mari bergabung di facebook :
- Page : Ásy Síagían is My friend
- Group : i have no Diary
Rasa bersalah yang teramat sangat. Jauh dari orang tua,jauh dari kakak dan abang-abangku. Semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing.
Betapa sepinya mereka,orangtuaku.
Sewaktu bayi, entah berapa kali aku mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhanku dan saudaraku yang lain. Mungkin juga kotoranku ikut tertelan Ibuku ketika aku buang "pup" di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali aku melangkah.
Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan demi pembangkangan yang aku lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali sekali aku mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang penuh kecemasan ketika aku pulang telat karena ayah dan ibu selalu menyambut aku dengan senyum.
Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar ? Tangisan dan doa itulah yang mengantar perjuangan hidupku saat ini. Bahkan aku kadang tidak tahu Ayah dan ibuku terluka dan mengiba kepada Tuhan agar aku jangan dilaknat, agar Tuhan mau mengampuniku dan memberikan kehidupan terbaik untukku.
Bahkan kadang aku lupa berterimakasih ketika aku dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kami anaknya yang tertidur pulas.
Bahkan aku kadang tidak menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja menghentikan ilusiku yang berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Aku menyesal karena terkadang aku lupa menyertakan mereka di dalam doaku.
Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang yang aku berikan. Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, aku masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal aku bahagia).
Lalu?
Mungkinkah aku bisa hidup seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi ? Ternyata aku masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa aku persembahkan untuk mereka ?
Sobat, bantu aku agar optimis!
Ya, memang masih banyak waktu untuk mmbahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa aku lakukan adalah: tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu (tentu saja bukan yang bertentangan dengan agama) dan segera kuambil handphone-ku, kuhubungi mereka saat ini juga, kan kusapa mereka dengan hangat, dan dengan nada suara yang bahagia !
______________________________________________________________
Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu !
Mulai dari sekarang, selagi Tuhan masih memberi kesempatan.
Walau takkan pernah sebanding, doa-doa kitalah yang mereka harapkan
menemani di peristirahatan terakhir nanti.
Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa kedua orang tua kami,
kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami dari kecil.
Jadikan kami termasuk anak-anak yang berbakti ya Tuhan hingga doa-doa kami termasuk doa-doa yang berkenan bagi Engkau.
Amin.
//Lurus >> Ásy
Mari bergabung di facebook :
- Page : Ásy Síagían is My friend
- Group : i have no Diary
0 comments:
Posting Komentar