RSS

ANJINGKU PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Masih jelas tersimpan di ingatanku, ketika gonggongannya menyambut aku setiap aku menghampiri halaman rumahku yang luas.

Ekornya melambai-lambai bagaikan tarian yang di pertontonkan saat menyambut tamu kerajaan di sebuah istana.

Suaranya merdu bagaikan nyanyian para bidadari yang sedang bersuka ria.

“ LD “ begitu kami memanggilnya setiap hari.

( LD = elder brother, nama itu diberikan oleh kakakku, alasannya karena dia “ anjingku “ adalah anak tertua dari beberapa saudaranya yang lahir saat itu, kisahnya sangat ironis, saat mereka berumur sebulan, ibunya meninggal karena diracuni oleh tangan manusia berhati setan)

Dia menghampiriku dan menghaturkan beberapa ekspresi mukanya yang menggemaskan.
Dia menjilati pipiku hingga beberapa kali, kaki depannya mencoba memberi kehangatan dengan beberapa hentakan di beberapa bagian tubuhku.

Dia adalah betina yang periang. Bulu yang putih nan indah menutupi seluruh tubuhnya mengisyaratkan kedamaian.

Dikala aku dalam kesedihan dia berusaha menghiburku dengan berbagai keahlian naluri keibuannya.

Dikala aku bosan, dia mengajakku bermain dengan permainan kegemarannya.

Sungguh menyenangkan, kadang saking gemasnya aku sering menggigit daun telinganya, mencubit monyongnya , dan membelai kepalanya, semua aku lakukan dengan cinta.

Nasi putih dan sedikit campuran daging ikan asin yang sudah dihaluskan adalah menú favoritnya , terkadang bila orangtuaku punya rezeki lebih, aku belikan dia beberapa potongan tulang – tulang daging sapi kesukaannya.

Oh ia satu lagi, dia paling suka makan kerupuk dan aku sangat senang saat dia memakan kerupuk. Senyumku lebar, melihat gerakan mulutnya yang bersemangat.

Sekali dalam seminggu kusempatkan waktuku memandikannya dialiran sungai kecil disamping rumahku.
Bila aku punya uang lebih aku belikan sampho sebagai pembersih bulunya yang cantik.

Wahhh, betapa senangnya dia, ketika air segar membasuh tubuhnya yang lembut. Sekali-kali dia mempertontonkan kehliannya berenang didalam air.

Setelah mandi kuhusap tubuhnya dengan handuk khusus yang kubeli untuknya, kutaburkan bedak agar lebih harum.

Ketika malam tiba kami tertidur bersama dalam sebuah ranjang,Sungguh kedamaian yang tidak terungkapkan.

Yah, dia adalah keluargaku, anjing kesayanganku

Kuingat selalu ketika ia melahirkan anak-anaknya,
Bagaimana dia menyusui anak-anaknya , hingga dia memberikan sumbangan materi dari hasil penjualan anak-anaknya.

Tercatat dari semenjak aku menginjakkan kaki di Sekolah Dasar hingga Aku mengakhiri dunia pendidikan di Sekolah Menengah, 30 persen yang menjadi sumber dana tetap adalah dari Dia, anjing kesayanganku.

Terakhir di bulan Desember 2005, kami harus berpisah.
Aku memantapkan langkah untuk mengadu nasib dilingkungan orang lain dan detik-detik kesedihan itu menjadi memori yang tidak terlupakan.

Dia melambaikan ekornya dan sesekali menggonggong mengisyaratkan sebuah petuah.Agar aku dapat mengendalikan diri di ekosistem dunia yang semakin amburadul.

Sekarang aku telah kehilangan dia, suatu ketika di tahun 2010 Orangtuaku memberikan isyarat tanda maaf, karena Dia “Anjing kesayanganku “ telah tiada.

Kesedihanku besar, karena Manusia berhati setan memang biadab, brengsek.
Dengan tega telah mengambilnya dari bagian kehidupan keluargaku.
Seandainya Dia “ Anjing kesayanganku “ meninggal karena tutup usia, mungkin aku masih bisa melihat pusaranya kelak, bila aku pulang kerumah.

Namun semua kini tinggal memori. Memori indahku dengan seekor anjing yang memberiku sejuta senyum,canda dan tawa .

Mari bergabung di facebook :
- Group : i have no Diary

1 comments:

Anonim mengatakan...

bah, hebat ma biang mi ! hehehe

Posting Komentar